Makalah: Masyarakat
Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan
ILMU SOSIAL DASAR
DOSEN: Lukman ikhwana
OLEH:
Raafi Aliy Kurnia
Bintoro
58414665
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Gundarma
2014
KATA PENGANTAR
Pertama-tama mari kita panjatkan puji
syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya.
Sehingga pada saat ini saya bisa dan berhasil untuk mengerjakan dan
menyelesaikan tugas “Makalah: MASYARAKAT PEDESAAN DAN MASYARAKAT PERKOTAAN” .
Mata kuliah Ilmu Sosial Dasar Dosen Lukman Ikhwana.
Makalah ini berisikan pembahasan tentang masyarakat pedesaan
dan masyarakat perkotaan. Di makalah ini, penulis berusaha semaksimal mungkin
dan sangat berharap agar pembaca mengerti, paham dan menambah informasi tentang
masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Saya menyadari bahwa Makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata saya sampaikan Terimakasih
kepada semua pihak. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita,
Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada
pembahasan saya kali ini akan membahas tentang masalah Masyarakat Pedesaan dan
Masyarakat Perkotaan. Pertama-tama kita harus mengetahui apa itu Masyarakat ? .
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang
membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian
besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok
tersebut. Kata “masyarakat” sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab,
musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan
hubungan-hubungan antar entitas-entitas.
Masyarakat
adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain).
Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup
bersama dalam satu komunitas yang teratur. Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani,
sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki
pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan
tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata
pencaharian.
1.2
Rumusan Masalah
Mengulas tentang
Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat.
1. Pengertian Masyarakat Pedesaan
2. Pengertian Masyarakat Perkotaan
3. Perbedaan Masyarakat Pedesaan dan
Perkotaan
1.3
Tujuan Permasalahan
1. Mengetahui pengertian Masyarakat Pedesaan
2. Mengetahui pengertian Masyarakat
Perkotaan
3. Mengetahui perbedaan Masyarakat
Pedesaan dan Perkotaan
1.4
TUJUAN
1. Agar lebih paham tentang pengertian
Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan.
2. Makalah ini ditulis untuk
memenuhi salah satu syarat dalam
mengikuti mata kuliah dan tugas Ilmu Sosial Dasar.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Masyarakat Pedesaan
Desa adalah
suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan
sendiri
Masyarakat
pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuatsesama warga
desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang sangat kuat yang
hakekatnya.
Adapun yang menjadi ciri masyarakat
desa antara lain :
1. Didalam
masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam
dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas
wilayahnya.
2. Sistem
kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan
4. Sebagian
besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian
Ciri-ciri Masyarakat Pedesaan menurut para ahli:
A.
Menurut Anshoriy (2008), dalam penelitiannya
tentang kearifan lingkungan di tanah jawa, bahwa kehidupan sosiokultural
masyarakat di pedusunan (pedesaan) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menjunjung
kebersamaan dalam bentuk gotong royong, gugur gunung dan lain sebagainya,
2. Suka
kemitraan dengan menganggap siapa saja sebagai saudara dan wajib dijamu bila
berkunjung ke rumah,
5. Mementingkan
kesopanan dalam wujud unggah-ungguh, tata krama, tata susila dan lain
sebagainya yang berhubungan dengan etika sopan santun.
6. Memahami
pergantian musim (pranata mangsa) yang berkaitan dengan masa panen dan masa
tanam,
7. Memiliki
pertimbangan dan perhitungan relijius (hari baik dan hari buruk) dalam setiap
agenda dan kegiatannya,
8. Memiliki
toleransi yang tinggi dalam memaafkan dan memaklumi setiap kesalahan orang lain
terutama pemimpin atau tokoh masyarakat,
9. Mencintai
seni dan dekat dengan alam.
B.
Menurut Shahab (2007), secara umum ciri-ciri kehidupan masyarakat
pedesaan dapat diidentifikasi sebagai berikut ;
1.
Mempunyai sifat homogen dalam mata pencaharian,
nilai-nilai dalam kebudayaan serta dalam sikap dan tingkah laku,
2.
Kehidupan desa lebih menekankan anggota keluarga
sebagai unit ekonomi yang berarti semua anggota keluarga turut bersama-sama
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga,
3.
Faktor geografi sangat berpengaruh atas
kehidupan yang ada. Misalnya, keterikatan anggota keluarga dengan tanah atau
desa kelahirannya,
4.
Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim
dan awet dari pada kota.
C.
Menurut dirjen Bangdes (pembangunan desa) dalam
Daljoeni (2003), bahwa ciri – ciri
wilayah desa antara lain;
1.
Perbandingan lahan dengan manusia cukup besar
(lahan desa lebih luas dari jumlah penduduknya, kepadatan rendah).
2.
Lapangan kerja yang dominan adalah agraris
(pertanian)
3.
Hubungan antar warga amat akrab
4.
Tradisi lama masih berlaku.
·
FUNGSI DESA
Ø
Pertama, dalam hubungan dengan kota, maka desa
yang merupakan “hinterland” atau daerah dukung yang berfungsi sebagai suatu
daerah pemberian bahan makanan pokok.
Ø
Kedua, desa ditinjau dari sudut potensi ekonomi
berfungsi sebagai lumbung bahan mentah (raw material) dan tenaga kerja (man
power) yang tidak kecil artinya.
Ø
Ketiga, dari segi kegiatan kerja (occupation)
desa dapat merupakan desa agraris, desa manufaktur, desa industry, desa nelayan
dan sebagainya.
Dari uraian
tersebut maka secara singkat ciri-ciri masyarakat pedesaan di Indonesia dapat
disimpulkan sebagai berikut:
ü
Homogenitas social
Bahwa masyarakat desa terdiri dari
satu atau beberapa kekerabatan saja, sehingga pola hidup tingkah laku maupun
kebudayaan sama/homogen.Hubungan primer
Pada masyarakat desa hubungan
kekeluargaan dilakukan secara musyawarah.
ü
Kontrol sosial yang ketat
Setiap anggota masyarakat saling
mengetahui masalah yang dihadapi anggota lain bahkan ikut menyelesaikannya.
ü
Gotong royong
Nilai-nilai gotong royong pada
masyarakat pedesaan tumbuh dengan subur dan membudaya.
ü
Ikatan sosial
Setiap anggota masyarakat pedesaan
diikat dengan nilai-nilai adat dan kebudayaan secara ketat.
ü
Magis religius
Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa bagi masyarakat desa sangat mendalam.
ü
Pola kehidupan
Masyarakat desa bermata pencaharian
di bidang agraris, baik pertanian,
perkebunan, perikanan, dan peternakan.
2. Pengertian Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaan sering disebut
urban community . Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat
kehidupannya serta cirri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat
pedesaan. Ada beberap ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu :
1.
kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan
dengan kehidupan keagamaan di desa
2.
orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya
sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah
manusia perorangan atau individu. Di kota – kota kehidupan keluarga sering
sukar untuk disatukan , sebab perbedaan kepentingan paham politik , perbedaan
agama dan sebagainya .
3.
Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut
masyarakat perkotaan , menyebabkan bahwa interaksi – interaksi yang terjadi
lebih didasarkan pada factor kepentingan daripada factor pribadi.
4.
pembagian kerja di antra warga-warga kota juga
lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata
5.
kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan
pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa
6.
interaksi yang terjai lebih banyak terjadi
berdasarkan pada factor kepentingan daripaa factor pribadi
7.
pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat
penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu
8.
perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata
di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
Perkembangan kota merupakan
manifestasi dari pola kehidupan sosial , ekonomi , kebudayaan dan politik .
Kesemuanya ini akan dicerminkan dalam komponen – komponen yang memebentuk
struktur kota tersebut . Jumlah dan kualitas komponen suatu kota sangat
ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pertumbuhan kota tersebut.
Secara umum dapat dikenal bahwa
suatu lingkungan perkotaan , seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :
- Wisma : Untuk tempat berlindung terhadap alam sekelilingnya.
- Karya : Untuk penyediaan lapangan kerja.
- Marga : Untuk pengembangan jaringan jalan dan
telekomunikasi.
- Suka : Untuk fasilitas hiburan, rekreasi,
kebudayaan, dan kesenian.
- Penyempurnaan : Untuk fasilitas keagamaan,
perkuburan, pendidikan, dan utilitas umum.
Untuk itu semua , maka fungsi(internal) dan tugas
aparatur pemerintah kota harus ditingkatkan :
a.
Aparatur kota harus dapat menangani berbagai
masalah yang timbul di kota . Untuk itu maka pengetahuan tentang administrasi
kota dan perencanaan kota harus dimilikinya .
b.
Kelancaran dalam pelaksanaan pembangunan dan
pengaturan tata kota harus dikerjakan dengan cepat dan tepat , agar tidak
disusul dengan masalah lainnya.
c.
Masalah keamanan kota harus dapat ditangani
dengan baik sebab kalau tidak , maka kegelisahan penduduk akan menimbulkan
masalah baru.
d.
Dalam rangka pemekaran kota , harus ditingkatkan
kerjasama yang baik antara para pemimpin di kota dengan para pemimpin di
tingkat kabupaten tetapi juga dapat bermanfaat bagi wilayah kabupaten dan sekitarnya
.
Fungsi
Eksternal
Fungsi
eksternal dari kota yakni seberapa jauh fungsi dan peran kota tersebut dalm
kerangka wilayah dan daerah-daerah yang dilingkupi dan melingkupinya, baik
secara regional maupun nasional.
3. Perbedaan Masyarakat pedesaan dan perkotaan
1. Lingkungan
Umum dan Orientasi Terhadap Alam, Masyarakat perdesaan berhubungan kuat dengan
alam, karena lokasi geografisnyadi daerah desa. Penduduk yang tinggal di desa
akan banyak ditentukan oleh kepercayaan dan hukum alam. Berbeda dengan penduduk
yang tinggal di kota yang kehidupannya “bebas” dari realitas alam.
2. Pekerjaan
atau Mata Pencaharian, Pada umumnya mata pencaharian di dearah perdesaan adalah
bertani tapi tak sedikit juga yg bermata pencaharian berdagang, sebab beberapa
daerah pertanian tidak lepas dari kegiatan usaha.
3. Ukuran
Komunitas, Komunitas perdesaan biasanya lebih kecil dari komunitas perkotaan.
4. Kepadatan
Penduduk, Penduduk desa kepadatannya lbih rendah bila dibandingkan dgn
kepadatan penduduk kota,kepadatan penduduk suatu komunitas kenaikannya
berhubungan dgn klasifikasi dari kota itu sendiri.
5. Homogenitas
dan Heterogenitas, Homogenitas atau persamaan ciri-ciri sosial dan psikologis,
bahasa, kepercayaan, adat-istiadat, dan perilaku nampak pada masyarakat perdesa
bila dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Di kota sebaliknya penduduknya
heterogen, terdiri dari orang-orang dgn macam-macam perilaku, dan juga bahasa,
penduduk di kota lebih heterogen.
6. Diferensiasi
Sosial, Keadaan heterogen dari penduduk kota berindikasi pentingnya derajat yg
tinggi di dlm diferensiasi Sosial.
7. Pelapisan
Sosial, Kelas sosial di dalam masyarakat sering nampak dalam bentuk “piramida
terbalik” yaitu kelas-kelas yg tinggi berada pada posisi atas piramida, kelas
menengah ada diantara kedua tingkat kelas ekstrem dari masyarakat.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Masyarakat pedesaan dan perkotaan
bukanlah dua komunitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam
keadaan yang wajar di antara keduanya terdapat hubungan yang erat, bersifat ketergantungan,
karena di antara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada desa dalam
memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan seperti beras, sayur¬mayur,
daging dan ikan.Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis¬jenis
pekerjaan tertentu di kota, misalnya saja buruh bangunan dalam proyek¬proyek
perumahan, proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan
tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja-pekerja musiman. Pada saat
musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan di bidang pertanian
mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota terdekat
untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia. Sebaliknya, kota menghasilkan
barang-barang yang juga diperlukan oleh orang desa seperti bahan-bahan pakaian,
alat dan obat-obatan pembasmi hama pertanian, minyak tanah, obat-obatan untuk
memelihara kesehatan dan alat transportasi. Kota juga menyediakan tenaga-tenaga
yang melayani bidang¬bidang jasa yang dibutuhkan oleh orang desa tetapi tidak
dapat dilakukannya sendiri, misalnya saja tenaga-tenaga di bidang medis atau
kesehatan, montir¬montir, elektronika dan alat transportasi serta tenaga yang
mampu memberikan bimbingan dalam upaya peningkatan hasil budi daya pertanian,
peternakan ataupun perikanan darat.
DAFTAR PUSTAKA
·
Jonny
Purba, Yayasan Obor Indonesia 2005, Pengelolaan Lingkungan Sosial, Jakarta